Halaman

Jumat, 07 Agustus 2015

Kopi, Teman, dan Solo

Nanggung deh, mumpung suasana blog lagi kopi-able..

“Mas, mbengi iki selo ra ?” Begitulah kiranya bunyi sms di nokia jadul saya suatu malam..
Disela kesibukan anak kos, adakalanya memang benar kalo dibutuhkanlah refreshing untuk mengatur kembali saraf-saraf yang terlalu tegang akibat terlalu lama berkutat di depan laptop.

Malam itu saya diiming-imingi oleh temen, Faizal, adanya tempat nongkrong ngopi asik di Solo. Tawaran yang sungguh jarang selama saya di kota Jokowi ini. Meskipun saya bukan kopiholic, tapi sebagai lelaki, kopi tetap menggoda..HUHAH!!

Kumpul di sebuah masjid di bilangan Kotta Barat ba’da isya’, saya berangkat bersama Masaren, Adit, dan Faiz temen kamar sebelah kosan. Tak sulit menemukan lokasi janjian, begitu bertemu Faizal tanpa basi-basi langsunglah kami melipir menyusuri gang di Kotta Barat ini dan benar, setelah menikmati beberapa polisi tidur, tempat kongkow kopi kami sudah didepan mata.

Dibalut warna coklat dari ornamen kayu di setiap sudut ruangan dan sinar lampu agak temaram di setiap meja yang membuat suasana terasa hangat, kami masuk kedalam dengan disambut musik jazz lawas yang mengalun selow... asik bener..

Sebagai orang yang cupu-kopi, saya niat milih belakangan, biar temen-temen duluan, mengamati lingkungan ceritanya. Ternyata hanya masaren yang langsung menentukan pilihan, sisanya 11-12 dengan saya. CUPU-KOPI. Bermacam macam pilihan yang tersedia di list menu malah membuat kami bingung, dengan sok iyes, saya pilih menu KOPI FLORES BAJAWA!!! Auk deh yang lain pilih apa. Cemilannya kentang goyeng dan ketela keju-keju gitu..

Begitu datang langsung disikatt.
Pesanan datang! Semerbak wangi kopi membuat malam seakan makin panjang.. Sajiannya  sederhana, saya  suka. Kopi menurut saya ya emang harusnya gini, di cangkir berkuping juga gula sachet kecil sebagai opsional. Cemilannya pun demikian, kentang krispinyapun disajikan dipiring gembreng yang motifnya kayak jaman SD dulu, lawaaas banget...

keCUPU-KOPI-an saya berlanjut. Seolah sudah ndak sabar menikmati, saya sendok saja busa yang masih menggumpal dibagian atas yang ternyata itu adalah butiran kopi. Dan ketika diicip.... WUUUUUEEEEKKKK.. PAIT PUOOL... Rasa penasaran saya juga dilakukan oleh Faizal dan reaksinya sama, PAIT! untung Faizal pesen air putih. Adit dan Faiz juga sama. Disini kami merasa menyesal milih menu.. hahahah

Sang penghancur rasa
Berusaha positif thinking, saya tambahkan gula sachet yang disediakan mas-mas tadi, pun juga Faizal. Gula sachet ditabur, diaduklah kopi dalam cangkir, ALAMAK!! Kopi dan ampasnya nyampur lagi.. begitulah mimik kopi, harusnya nunggu ngendap dulu

Seruput kopi+gula sendok yang pertama, WUUUEEKKKK!!! Masih pait.. Ini yang salah kopinya atau lidah saya yak? Masaren nampak enjoy aja srupat-sruput sambil mengebulkan asap. Hal yang berbeda nampak di raut muka Faiz, Adit, Faizal, dan Saya. Kami berusaha tegar.. Ah, tidak. Faizal menyerah di seruputan yang ketiga, seruputan kopinya terhenti karena ndak kuat sama paitnya rasa alami indonesia ini. Saya, Faiz, dan Adit masih berusaha menyeruput pelan dengan rasa tak percaya kenapa kopi bisa sepahit ini. Meskipun kalau kata Adit ada rasa pedes dan kecut-kecut sedikit, tapi ya 98%-nya pait. Bajindul sekali!

Hampir saja saya menyerah dalam pahit ketika kemudian masaren memesan gula tambahan 4 sachet mini.. 2 sachet ditambah membuat kopi saya terasa agak lumayan meski pahit tetap gendolan di lidah saya. Rasa yang lucu.

Penyelamat yang gagal
Sebagai tombo pait, dua gelas kopi berjenis latte ditambahkan dalam pesanan dan rasanya seperti minum air putih. Sungguh, pahit BAJAWA sepahit-pahitnya kopi.. Kopi (asli) dari timur Indonesia ini sukses memperdaya saya lewat aromanya saja.

Malam itu saya dan CUPU-KOPI lainnya pulang dengan mata jereng selama dijalan, sesampainya dikosan ya tetep molor sejadi-jadinya, hanya masaren yang melek sampai jam 6 pagi.. hahahahah

Lain kali jika ada yang mainan quotes : “Pahitnya kopi tak sepahit hidup ini..”, bakalan tak tantang dan tak ajakin pait-paitan disini. Suwer, pait bet!


Sungguh saya lebih cocok kopi sachetan entah whitecoffe atau semacamnya. Itupun dengan resiko abis ngopi air pipis bakalan beraroma whitecoffe.. hahhahahah... ya kan? ya gak si? 



...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar