Latepost.
Perjalanan saya dan dan men-temen
saya ini sebenarnya dilakukan tahun lalu, sekitar akhir Oktober 2014.
Seumur-umur saya ini belum pernah menyusur pantai selatan hingga ke wilayah
Jawa Timur, wong Wonogiri saja saya
masih cupu kok.
Berawal dari janjian saya dan Owok karena sama-sama pengin
motoran ke Pacitan yang saat itu lagi nge-boom,
terutama jalan pinggir pantainya yang menggoda. Tenyata janjian saya dan Owok
ini secara sengaja kebetulan didenger oleh Rahmadi yang memang sedang kumpul-kumpul
di kos. Rahmadi pengen ikut, oke bertiga motoran dewe-dewe.
Janjian sederhana yang pasti berangkat ini didenger juga
oleh temen saya Nanang Masaren, juga
Adit. Mereka ikut. Wohahaha malah jadi rame. Adit juga ngajak temen dari Sragen,
Benjo namanya. capek kalo dewekan tjooy....
Direncanakan berangkat dari Solo Jumat 24 Oktober 2014 jam 8
malam (20.00), seperti janjian awal Saya-Rahmadi-Owok. Fix. Tiba hari-H,
kebetulan Rahmadi lagi dapet jatah wira-wiri Klaten-Sukoharjo-Jogja urusan
kerjaan kayaknya. Ditunggu, ditunggu hingga jam sudah menunjuk jam 20.00 Rahmadi
masih belum keliatan batang hidungnya. Sms! Dia masih perjalanan menuju Solo
dari Jogja. Hmmm... Owok juga baru saja dateng, malah langsung berangkat dari
Temanggungnya Hmmmm....
Begitu Rahmadi datang, kami langsung siap berangkat. Eh, Rahmadi
nyuwun mandi dulu. Belum mandi, kucel, ngantuk, dll alasannya.. yowes nunggu 10
menitan. Sekitar jam 21.00 WIB kami siap. Langsung cus. Solo Baru – Sukoharjo
ramai lancar karena baru mau wiken,
itulah alasan kami pilih hari Jumat, biar nggak terlalu rame.
Tiba di Terminal baru Wonogiri kami ber-6, nunggu Nanang
yang ambil jalan pintas dari Klaten dan janjian disitu. Pas cek-cek motor
karena ngerasa geal geol, ternyata
Ban Masaren benjol nggak karuan
karena nerjang lubang di jalan Sukoharjo – Wonogiri barusan. Ngalamat ganti ban luar, nyari tukang
ban kebetulan ada, tapi pasti luama.. Satu motor gugur pemirsa. Begitu Nanang ngasih
kabar, ternyata dia malah sudah masuk Wonogiri. Oke kami nyusul kesana. Sempat
salah arah ambil kiri sebelum kota, kami putar balik dan ketemuan di
Indo/Alfa-mart sebelum pom masuk kota.
Persiapan kopi-air putih juga cemilan kami siap.
Nanang-Masaren dengan PRIMUS. Saya-Rahmadi
pake SAPROL, Owok piyambakan dengan ATLIT-nya, Adit-Benjo dengan SUPRA-nya, bensin masih cukupan kami
berangkat ketika waktu menunjukkan sekitar jam 10-an malem..
Jalur Wonogiri kota – pertigaan Pasar Ngadirojo yang agak
gelap dengan beberapa penduduk yang masih sliweran dan Bus AKAP,AKDP kami nikmati
dengan kecepatan 60-80an.. alon-alon
saja.. dari pertigaan Pasar Ngadirojo kami ambil kanan arah Pacitan, Plang
petunjuknya jelas kok.. kontur yang naik-turun mulai menghadang di depan kami. Speed masih tidak berkembang karena
jalanan yang lumayan sepi serta belum adanya pengalaman kami jalan santai saja.
Beberapa kali kami harus ngerem dan gas secara mendadak karena jalanan rusak
disambung dengan jalan menanjak. Hampir jam 12 kami istirahat kembali di POM.
Kebetulan ada 1 yang masih buka. Dan pom itupun tutup selesai melayani kami.
BEJO. Prinsipnya, karena full-tank
itu bikin ayem ...
Perjalanan kami ke selatan terus berlanjut. Jalan sempit dan
lumayan rusak sepanjang pertigaan pasar Ngadirojo berubah mulus ketika kami
menemukan Pacitan! Jawa Timur rek!
Jalanan lebar dan sepi, maklum jam sudah menunjukkan hampir pukul 1 pagi! Sempet
beberapa kali kami menemui penduduk sekitar yang dangdutan sampe pagi.. hihihi local people.. dangdut never die pokokmen...
Sesampainya di Pacitan pun udara semakin dingin, angin semakin besar. Untung
saya pake knee protector dan elbow protector murmer yang saya beli
jauh-jauh hari, dan terbukti lumayan bikin anget. Tau deh yang lain, rasa-rasanya
dengkul disebul freezer.. kademen
haha..
Memasuki aspal mulus pacitan, harusnya kami bisa menambah
kecepatan, namun karena angin malam yang cukup kencang dan dingin malah membuat
kami terpaksa mengurangi kecepatan di angka 40 kpj saja. Tikungan-tikungan
menyapa kami sebelum memasuki area pantai.
Pantai Teleng Ria menjadi tujuan kami. Masuk, bayar tiket
dan ternyata rame!! Sempet bingung mau ngaso dimana, sudah hampir jam 2 inii..
akhirnya dalam gelap kami menemukan spot lumanyun,
di bawah pohon cemara pantai, kami
parkirkan motor dan ditengahnya digelarlah mantol
betmen, disitulah kami umpel-umpelan
tidur bertujuh...
Sisa tidur semalam |
Tak begitu lama terpejam, kami dibangunkan oleh sinar
kekuningan yang datang dari arah timur. Yaudah, tidur paling hanya 2/3 jam
dilanjut dengan foto-foto dan mainan pasir pantai di pagi hari. .
Masaren yang mulai bergaya |
Personel dari Sragen, Benjo |
Personel Nanang maknyuss |
Rahmadi dan Owok |
Persiapan ke tujuan selanjutnya |
Kami lanjut beberes dan kemudian menggiring roda 2 kami
mengarah ke Santai Srau. Rutenya ya balik lagi ke arah utara, lanjut ngikuti
plang penunjuk jalan (belok kiri kalo dari arah pantai). Jalannya agak sempit
dan sedikit rusak, but its OK.
FYI, Pantai srau merupakan situs cagar alam yang menjadi
geowisata , bentangalam neotektonik yang bericiri batuan gamping yang memiliki
jembatan alam. Keren kan? Ketika masuk
ke Kompleks Pantai Srau, kami disambut secara berurutan oleh : petugas loket hahahah
yang dilanjut dengan pantai yang katanya buat surfing itu lho selancar papan, lalu Pantai Srau, dan Pantai apa
namanya di pojokan. Komplek wisata ini dihiasi dengan kebon kelapa yang aduhai.
Cucok buah kemping-kemping, karena
arealnya luas dan catet! BERSIH. Sudah tersedia warung-warung sederhana dan
juga toilet bagi yang berkepentingan.
Aspal mulus di sepanjang Pacitan, rumah Pak Beye jee.. |
Sampai di kebon kelapa Pantai Srau |
Rahmadi Trip Rahmadi Adventure |
Adit dengan background situs geowisata Pantai Srau |
Kelar dengan Pantai Srau, kami lanjut ke pantai disebelah
baratnya, namun via jalur ladang penduduk. Tujuannya sih selain menghemat jarak
tempuh daripada harus muter, juga untuk melihat sisi yang lain dari Pantai
Pacitan, nonmainstrim lah. Bonusnya ya jalur offroad hahaha batu makadam
dijajar, pavingblock yang ancur juga jalur tanah biasa.
Berhenti sejenak sekedar untuk kagum pada sungai.. entahlah |
Jalur amburadul yang dibayar dengan pantai elabuhan Pacitan |
Via jalur ladang penduduk, kami sampai di pantai XXX yang
berfungsi sebagi pelabuhan ikan. Meskipun ndak ikutan beli ikan, sempat ngaso
sebentar kemudian lanjut lagi karena sudah siang. Mengarah ke barat, yaitu
pantai Klayar (entah ini jalur apa kami kurang tahu) namun karena jalurnya
hanya sampai Klayar, kami putuskan untuk balik saja. Kondisi kurang tidur, belum mandi, dan perut keroncongan karena
hanya diisi dengan roti sebagai sarapan.
Kami kembali ke jalan yang benar..
Sewaktu perjalanan balik dari pantai kami menemukan spot aduhai berhiaskan Pohon Mahoni yang bersuasana musim gugur eropah.. keluarkan kamera hp lagi... hahahaha.
Owok pose entah.. |
Owok dengan lirikan entah... |
Masaren pose pewe |
Rahmadi in action |
Ini dia nih..Hutan Mahoni suasana eropa |
Kembali ke Solo dengan lapar dan belum mandi, membuat
perjalanan jadi ndak greget.
Mampirlah kami di warung untuk mengisi tenaga, dan dilanjutkan dengan istirahat
dzuhur dan nunut mandi di masjid. Sesi
ini disempatkan untuk merem sebentar. Ngantuk poool...
Perjalanan pulang |
Bye bye Pacitan.. |
Perjalanan ke Solo diwarnai dengan kantuk yang teramat
sangat sehingga kami istirahat lagi ketika sampai di Ngadirojo, Wonogiri. Air
dingin menjadi pemuas dahaga dan penahan kantuk. Maklum cuaca memang sedang
panas-panasnya.
Balik ke Solo dengan matahari yang sudah menghilang, Adit-
Benjo pun pamit berpisah untuk melanjutkan perjalanan ke Sragen. Hahahaha kesel tenan cah...
see you next trip yaa...
....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar