Halaman

Jumat, 14 Agustus 2015

Catatan Riding ke Pacitan

Latepost. Perjalanan saya dan dan men-temen saya ini sebenarnya dilakukan tahun lalu, sekitar akhir Oktober 2014. Seumur-umur saya ini belum pernah menyusur pantai selatan hingga ke wilayah Jawa Timur, wong Wonogiri saja saya masih cupu kok.

Berawal dari janjian saya dan Owok karena sama-sama pengin motoran ke Pacitan yang saat itu lagi nge-boom, terutama jalan pinggir pantainya yang menggoda. Tenyata janjian saya dan Owok ini secara sengaja kebetulan didenger oleh Rahmadi yang memang sedang kumpul-kumpul di kos. Rahmadi pengen ikut, oke bertiga motoran dewe-dewe.

Janjian sederhana yang pasti berangkat ini didenger juga oleh temen saya  Nanang Masaren, juga Adit. Mereka ikut. Wohahaha malah jadi rame. Adit juga ngajak temen dari Sragen, Benjo namanya. capek kalo dewekan tjooy....

Direncanakan berangkat dari Solo Jumat 24 Oktober 2014 jam 8 malam (20.00), seperti janjian awal Saya-Rahmadi-Owok. Fix. Tiba hari-H, kebetulan Rahmadi lagi dapet jatah wira-wiri Klaten-Sukoharjo-Jogja urusan kerjaan kayaknya. Ditunggu, ditunggu hingga jam sudah menunjuk jam 20.00 Rahmadi masih belum keliatan batang hidungnya. Sms! Dia masih perjalanan menuju Solo dari Jogja. Hmmm... Owok juga baru saja dateng, malah langsung berangkat dari Temanggungnya Hmmmm....

Begitu Rahmadi datang, kami langsung siap berangkat. Eh, Rahmadi nyuwun mandi dulu. Belum mandi, kucel, ngantuk, dll alasannya.. yowes nunggu 10 menitan. Sekitar jam 21.00 WIB kami siap. Langsung cus. Solo Baru – Sukoharjo ramai lancar karena baru mau wiken, itulah alasan kami pilih hari Jumat, biar nggak terlalu rame.

Tiba di Terminal baru Wonogiri kami ber-6, nunggu Nanang yang ambil jalan pintas dari Klaten dan janjian disitu. Pas cek-cek motor karena ngerasa geal geol, ternyata Ban Masaren benjol nggak karuan karena nerjang lubang di jalan Sukoharjo – Wonogiri barusan. Ngalamat ganti ban luar, nyari tukang ban kebetulan ada, tapi pasti luama.. Satu motor gugur pemirsa. Begitu Nanang ngasih kabar, ternyata dia malah sudah masuk Wonogiri. Oke kami nyusul kesana. Sempat salah arah ambil kiri sebelum kota, kami putar balik dan ketemuan di Indo/Alfa-mart sebelum pom masuk kota.

Persiapan kopi-air putih juga cemilan kami siap. Nanang-Masaren dengan PRIMUS. Saya-Rahmadi pake SAPROL, Owok piyambakan dengan ATLIT-nya, Adit-Benjo dengan SUPRA-nya, bensin masih cukupan kami berangkat ketika waktu menunjukkan sekitar jam 10-an malem..

Jalur Wonogiri kota – pertigaan Pasar Ngadirojo yang agak gelap dengan beberapa penduduk yang masih sliweran dan Bus AKAP,AKDP kami nikmati dengan kecepatan 60-80an.. alon-alon saja.. dari pertigaan Pasar Ngadirojo kami ambil kanan arah Pacitan, Plang petunjuknya jelas kok.. kontur yang naik-turun mulai menghadang di depan kami. Speed masih tidak berkembang karena jalanan yang lumayan sepi serta belum adanya pengalaman kami jalan santai saja. Beberapa kali kami harus ngerem dan gas secara mendadak karena jalanan rusak disambung dengan jalan menanjak. Hampir jam 12 kami istirahat kembali di POM. Kebetulan ada 1 yang masih buka. Dan pom itupun tutup selesai melayani kami. BEJO. Prinsipnya, karena full-tank itu bikin ayem ...

Perjalanan kami ke selatan terus berlanjut. Jalan sempit dan lumayan rusak sepanjang pertigaan pasar Ngadirojo berubah mulus ketika kami menemukan Pacitan! Jawa Timur rek! Jalanan lebar dan sepi, maklum jam sudah menunjukkan hampir pukul 1 pagi! Sempet beberapa kali kami menemui penduduk sekitar yang dangdutan sampe pagi.. hihihi local people.. dangdut never die pokokmen... Sesampainya di Pacitan pun udara semakin dingin, angin semakin besar. Untung saya pake knee protector dan elbow protector murmer yang saya beli jauh-jauh hari, dan terbukti lumayan bikin anget. Tau deh yang lain, rasa-rasanya dengkul disebul freezer.. kademen haha..

Memasuki aspal mulus pacitan, harusnya kami bisa menambah kecepatan, namun karena angin malam yang cukup kencang dan dingin malah membuat kami terpaksa mengurangi kecepatan di angka 40 kpj saja. Tikungan-tikungan menyapa kami sebelum memasuki area pantai.

Pantai Teleng Ria menjadi tujuan kami. Masuk, bayar tiket dan ternyata rame!! Sempet bingung mau ngaso dimana, sudah hampir jam 2 inii.. akhirnya dalam gelap kami menemukan spot lumanyun, di bawah pohon cemara  pantai, kami parkirkan motor dan ditengahnya digelarlah mantol betmen, disitulah kami umpel-umpelan tidur bertujuh...

Sisa tidur semalam
Tak begitu lama terpejam, kami dibangunkan oleh sinar kekuningan yang datang dari arah timur. Yaudah, tidur paling hanya 2/3 jam dilanjut dengan foto-foto dan mainan pasir pantai di pagi hari. .

Masaren yang mulai bergaya
Personel dari Sragen, Benjo
Personel Nanang maknyuss
Rahmadi dan Owok
Persiapan ke tujuan selanjutnya
Kami lanjut beberes dan kemudian menggiring roda 2 kami mengarah ke Santai Srau. Rutenya ya balik lagi ke arah utara, lanjut ngikuti plang penunjuk jalan (belok kiri kalo dari arah pantai). Jalannya agak sempit dan sedikit rusak, but its OK.

FYI, Pantai srau merupakan situs cagar alam yang menjadi geowisata , bentangalam neotektonik yang bericiri batuan gamping yang memiliki jembatan alam. Keren kan?  Ketika masuk ke Kompleks Pantai Srau, kami disambut secara berurutan oleh : petugas loket hahahah yang dilanjut dengan pantai yang katanya buat surfing itu lho selancar papan, lalu Pantai Srau, dan Pantai apa namanya di pojokan. Komplek wisata ini dihiasi dengan kebon kelapa yang aduhai. Cucok buah kemping-kemping, karena arealnya luas dan catet! BERSIH. Sudah tersedia warung-warung sederhana dan juga toilet bagi yang berkepentingan.

Aspal mulus di sepanjang Pacitan, rumah Pak Beye jee..
Sampai di kebon kelapa Pantai Srau

Rahmadi Trip Rahmadi Adventure
Adit dengan background situs geowisata Pantai Srau
Kelar dengan Pantai Srau, kami lanjut ke pantai disebelah baratnya, namun via jalur ladang penduduk. Tujuannya sih selain menghemat jarak tempuh daripada harus muter, juga untuk melihat sisi yang lain dari Pantai Pacitan, nonmainstrim lah. Bonusnya ya jalur offroad hahaha batu makadam dijajar, pavingblock yang ancur juga jalur tanah biasa.

Berhenti sejenak sekedar untuk kagum pada sungai.. entahlah
Jalur amburadul yang dibayar dengan pantai elabuhan Pacitan
Via jalur ladang penduduk, kami sampai di pantai XXX yang berfungsi sebagi pelabuhan ikan. Meskipun ndak ikutan beli ikan, sempat ngaso sebentar kemudian lanjut lagi karena sudah siang. Mengarah ke barat, yaitu pantai Klayar (entah ini jalur apa kami kurang tahu) namun karena jalurnya hanya sampai Klayar, kami putuskan untuk balik saja. Kondisi kurang tidur,  belum mandi, dan perut keroncongan karena hanya diisi dengan roti sebagai sarapan.

Kami kembali ke jalan yang benar..

Sewaktu perjalanan balik dari pantai kami menemukan spot aduhai berhiaskan Pohon Mahoni yang bersuasana musim gugur eropah.. keluarkan kamera hp lagi... hahahaha. 

Owok pose entah..
Owok dengan lirikan entah...
Masaren pose pewe
Rahmadi in action
Ini dia nih..Hutan Mahoni suasana eropa
Kembali ke Solo dengan lapar dan belum mandi, membuat perjalanan jadi ndak greget. Mampirlah kami di warung untuk mengisi tenaga, dan dilanjutkan dengan istirahat dzuhur dan nunut mandi di masjid. Sesi ini disempatkan untuk merem sebentar. Ngantuk poool...

Perjalanan pulang
Bye bye Pacitan..
Perjalanan ke Solo diwarnai dengan kantuk yang teramat sangat sehingga kami istirahat lagi ketika sampai di Ngadirojo, Wonogiri. Air dingin menjadi pemuas dahaga dan penahan kantuk. Maklum cuaca memang sedang panas-panasnya.

Balik ke Solo dengan matahari yang sudah menghilang, Adit- Benjo pun pamit berpisah untuk melanjutkan perjalanan ke Sragen. Hahahaha kesel tenan cah...
 see you next trip yaa...


....




Tidak ada komentar:

Posting Komentar