Halaman

Jumat, 02 Januari 2015

Kemacetan Abad 21, lalu?

Kapan terakhir ke Jogja?

Apa yang beda? Yang baru?

Selain underpass dan flyover Jombor, hotel dan apartemen yang menjamur : Calon Hartono Mall di deket RS JIH, Apartemen di daerah Monjali, bangunan baru di daerah Lottemart Maguwo, hotel keren keren di Selatan Tugu, dan jalur-jalur searah yang baru, kemacetan merupakan pemandangan seolah baru bagi saya ketika mampir Jogja.

Sewaktu saya masih jadi penghuni Jogja, yaa sekitar 2009/2013 lah, macet yang biasa saya temui berada di sekitaran : perempatan Mbarek dan jakal (maklum UGM), perempatan Concat (maklum UNY), pertigaan Colombo (maklum UNY dan SADHAR), perempatan Monjali (maklum UGM dan pembangunan jombor kala itu), ruas ruas jalan di daerah Sagan, mirota kampus UGM, tugu, pasar demangan, dan Malioboro pastinya.

Pemandangan macet saat itu bisa ditebak, motooooor semua. Sepertinya memang roda dua lagi booming. Bebek, matik,bebek matik, batangan jepang, india, seperempat liter, semua turun ke jalan, macet.

Kemudian semua berubah. Apa yang dulu digembor-gemborkan motor/roda dua penyebab macet sepertinya harus di evaluasi...!!! Cie elaaahh.... 

Berdasar pengamatan saya dalam usia yang semakin matang ini. Kemacetan pleh motor hanyalah berlaku pada kondisi tertentu. Di daerah pinggiran kota misalnya.

Selebihnya?

Mobil dan roda 4-5-7-8-20-dst lah penyebabnya. Kita sadari, bahwa perbaikan ekonomi dan finansial serta gaya hidup membuat mobil sudah laris manis kacang goreng. Kalo gak percaya sila cek gugel penjualan mobil dari ATPM yang ada di negeri ini.  Itu baru data penjualan mobil baru, yang lama? Yang nggak kedata? Yang di neko-neko lainnya? Mbuh....

Adalah benar bahwa pengendara motor "kebanyakan" memang kurang tertib, nggak rapi, semrawut dll.

Etapi....

Bisa dibuktikan sekarang ini, dengan semakin banyaknya mobil (kita sebut saja demikian) yang berlalu-lalang di jalanan memakan space yang lumayan, dibandingkan motor. Belum lagi daya lemot mobil ketika di lampu merah. Bener toh? Mobil bikin macet.

Yatapi sebagai sesama pengguna jalan, toleransi adalah yang utama. Bukankan kita diajarkan sopan santun, beretika, ketika dulu di pelajaran PMP, PPKn, PKn, atau Kewarganegaraan?

Pengendara motor yang semawut ada, banyak, yang santun pun tak sedikit. Pengendara mobil yang ugal ugalan ada, tak sedikit, yang kalem pun banyak. TOLERAN.

Sebagai pengendara motor saya berusaha ndak kloksan klakson seenak jidat di lampu merah baik ketika dibelakang motor ataupun mobil. Ya karena nggak semua orang kayak saya style mancal motornya. Mobil lemot di lampu merah /traffic light ya memang wajar kalo menurut saya. Soalnya nyupir mobil itu butuh konsentrasi dan kesabaran lebih. Lebih besar, panjang, dan muatan pun lebih banyak.

Begitupula sebagai pengemudi mobil. Ya memang sabarnya harus pol polan. Nggak bisa selap selip ya emang. Tapikan dikompensasi sama kenyamanan? Nggak begitu kepanasan, nggak kehujanan, masak iya masih kesusu-susu, main pancal gas sembarangan. Wagu... Mbok yao yang kalem. Karna yang nyebabke macet nggak cuman motor, tapi situ juga...

Saling toleran yaaa..
Oiya, selamat 2015...

*gambar dari google

                                     salam, pengendara motor

                            ......

Read More »