Halaman

Sabtu, 04 Juli 2015

Masjid Kopi Bulak Indah


Saya ndak mau ngobrolin kopi-kopi-an atau yang lagi-lagi ngetrend filosofikopi itu, tapi ya karena postingan kali ini judulnya masjid kopi. Cuma di sebelah kosan, kalo jalan ya nggak bakalan sampe 1 menit, belum ketingalan 1 rokaat lah.. Masjid lingkungan/kompleks yang paling nyaman yang pernah saya rasakan.

Masjid Baitussyukur namanya. Ketika kita mulai melangkahkan kaki di berandanya kita akan disambut dengan.. keset. Yaelah bro serius banget.. Keset-keset kaki dulu dong ya. Beranda masjid ini cukup luas, berporselen putih kekuningan khas warna marmer. Di pintu masuk utama terpampang jelas nempel di tembok semacam batu peresmian dan yang meresmikannya nggak main-main, Bapak Amien Rais, sang mantan ketua MPR.

iya, mantan... *eh

Masjid mana yang ndak rame kalo pas puasa? Baitussyukurpun ikut menikmatinya. Jika di hari biasa berandanya cukup lengang, dan amat sangat penuh jamaah lelaki di hari jumat, bahkan sampai digelar tikar di halaman depannya maka saat bulan puasa seperti saat ini, jama’ah ibu-ibu-lah penghuni berandanya.


Bangunan utamanya berbentuk persegi empat yang berukuran hanya sekitar 9 x 9 m. Dikotak inilah segalanya terasa maksimal. Jika adalah hal lumrah kalo masjid itu ya tak bisa lepas dari cicak-cicak yang pating trempel di tembok dan kemudian meninggalkan “oleh-oleh hitam-putih” di lantainya, maka TIDAK bagi Baitussyukur..

Ketika kita menggeser pintu kaca untuk masuk ke Kotak 9x9 meter, kita akan disambut dengan ruangan yang berhiaskan 6 Air Conditioning dan 8 kipas angin medium sebagai moodboster yang siap membuat kita betah berlama-lama didalamnya. Lantainya dilapis dengan karpet hijau yang ditampalkan lagi dengan karpet gulungan warna merah dongker lembut. Temboknya dicat putih bersih, kontras dengan karpet merah dongker yang mungkin bermodel karpet persia.


Mimbar imam terbuat dari kayu dipelitur coklat sederhana dan bersebelahan dengan tempat sholat imam. Ditengah ruangan menjulur lampu gantung yang malah ndak begitu mencolok, kalah pesona dengan AC samsung dengan led birunya. Ditembok depan terpampang jam digital penunjuk waktu shalat lengkap bersebelahan dengan penghitung mundur waktu iqamah. Ruangan utama yang adem ini hanya mampu menampung 6 ½ shaf jamah. Ini karena penyesuaian arah kiblat yang mengakibatkan shaf terakhir harus kepentok pintu. Per shaf-nya hanya sekitar 16-an makmum dewasa.

Lalu kenapa Baitussyukur menjadi masjid kopi ?

Tepatnya baru beberapa bulan belakangan ini ada yag berbeda dengan wangi Baitussyukur. Jika wewangian biasanya adalah lavender yang kalem, pinus yang tenang, aroma bunga lain yang harum, atau wewangian ber-merk yang aromanya ya gitu deh, jeruk, apel, anggur atau wewangian lain yang memberikan sensasi segar, Baitussyukur memberikan sensasi masjid yang berbeda dengan aroma kopinya yang membuat rileks (kalo menurut saya sih). Aroma kopi tentunya mulai terasa saat pertama kali kita masuk, namun rasa itu akan kembali dan semakin kuat 13 detik setelah pengharum ruangan elektrik menjalankan tugasnya dan semakin menjadi-jadi pada detik ke-24, sungguh kopi sekali.

Saya kira takmir Baitussyukur ini sungguh kekinian.. Sungguh....

Masjidmu wangi apa?


 Ket :
foto 3 dari : muhandisun.wordpress.com


...




Tidak ada komentar:

Posting Komentar