Halaman

Rabu, 19 Agustus 2015

Riding ke Pacitan Bersama Mbambes

"ini bukan sekuel ke-2 dari postingan Pacitan lho yaa, just enjoy it"

Latepost. Sudah sebulan saya menabung demi lawatan anak mbambes yang jauh dimata ini. Gendut ke Jogja!

Pacitan menjadi menu yang dipilihnya untuk menggenapkan liburan  1 minggunya di Jogja. Sebenarnya ini pas dengan kepinginan Saya, Owok, dan Rahmadi yang memang mengidam-idamkan untuk kembali riding ke Pacitan via jalur selatan tentunya.

Melalui penawaran yang terjadi, personel yang disiapkan  yaitu ; 1 motor ber anggota : Adit dan Rahmadi berangkat dari Solo, dan 3 motor beranggotakan : Gendut, Owok, Murni, Widi, dan Saya berangkat dari Jogja. Mbambes lainnya? Anita gagal ikut, karena ada kerjaan mendadak. Aris juga sibuk dengan kerjanya. Ebes sibuk dengan cintanya (baca sawit). Lukman sibuk dengan citra satelit, sementara Ali sibuk dengan Tigenco-nya. semoga lain kali.. semoga
lihat bendera kiri-kanan. kami akan riding sekitar 130-an km 
Jadilah kami ber-5 berangkat dari Jogja setelah sebelumnya sarapan dulu di tempat favorit di sekitaran Kota Gede. Selesai sarapan, sebelum lanjut berangkat mengarah ke Pacitan, di sekitaran POM Piyungan kami memberikan kode ke dua anak Solo bahwa kami sudah mulai cuss, dengan harapan kami bisa bertemu nanti di Pacitan dengan pas.

Jalan Jogja – Wonosari kami lalui dengan lancar, momen yang pas karena kami mengambil hari biasa, bukan hari libur. Selepas kota Wonosari suasana adem dan aspal mulus sudah tersaji didepan kami. Dijalan kami begitu menikmati  jalur Wonosari – Wonogiri yang aduhai. Saprol meliak-liuk dengan santai disekitar 60-70 kpj. Memasuki Wonogiri kami bersiap dengan aspal yang katanya nggronjal. Sepertinya itu hanya mitos bagi perjalanan kami, karena ternyata hanya sedikit saja kerusakan jalan yang kami temui. Plang penunjuk jalan juga sangat jelas menuntun kami lanjut ke arah Pracimantoro. Saking asyiknya, kami tak sempat kepikiran untuk sekedar berhenti berfoto, aspalnya begitu menggoda..
"Kami tak pernah terbayang sebelumnya jika jalur lingkar selatan (JLS Jogja – Wonogiri- Pacitan) akan kami nikmati dengan ...dengan... ah, saya pasti akan kembali melewati jalur ini..pasti..."
Kami janjian di pertigaan pertemuan JLS dengan jalur Pacitan – Solo, di daerah Punung namanya. Menunggu tak begitu lama, dengan mendung yang tampak menghitam disebelah utara, perjalanan Adit dan Rahmadi ternyata sempat diwarnai dengan gerimis kecil dan aspal super bumpy. Daripada menunggu agak lama, akhirnya rombongan dari Jogja mengabarkan untuk memilih meneruskan perjalanan menikmati setiap tikungan dan menunggu di hutan mahoni daerah Pringkuku, sekalian mengenang kembali perjalanan pacitan yang pertama.

Hutan mahoni ini menjadi andalan wisata tanpa mbayar sebelum memasuki kawasan pantai pacitan. Lokasinya yang agak nylempet membuat hanya sedikit orang yang tahu, karena berada persis di tikungan, membuat orang ndak begitu aware adanya hutan mahoni ini.
Pantai Telengria Pacitan jika dilihat diatas
Kalo di zoom lagi jadinya gini.. duh apik-ee
Dengan sedikit foto-foto najong kami menunggu kedatangan duet Adit-Rahmadi. Dan benar tak begitu lama, merekapun sampai. Ngaso sebentar, lalu kami lanjut mengarah santai ke Kota Pacitan.
wece-wece pose najong.. dih
kalo pas lagi begaya
Bertemu dengan Adit dan Dimas
Ke arah kota, kami langsung mencari masjid agung untuk istirahat dzuhur juga menentukan lokasi penginapan. Sebelumnya kami berniat booking online. Tapi takut kecewa dengan pesanan akhirnya setelah sempat googling dulu, kami akhirnya menginap tak jauh dari alun-alun pacitan, sekitar 200m sebelah barat alun-alun, disebelah selatan jalan. Ekonomis – Dekat – dan aksesnya mudah.

Beristirahat sejenak, cuci-cuci muka, lepas beban kami langsung start lagi mengarah ketimur, menuju Pantai Soge. Semoga pantat kami masih kuat menahan gempuran panas jok mesin 4 tak ini. Sempat diwarnai dengan “sedikit kesasar” karena GPS Widi yang ngetrack jalur lama, kami tiba di Pantai Soge menggunakan jalur offroad pating nggrunjal yang berujung di JLS Pacitan – Trenggalek, disebelah barat pantai Soge. SUPER!! Bahkan rem cakram belakang supra adit sempat nge-loss gara-gara dibejek saking terlalunya untuk mengatasi jalan rusak yang naik-turun.

Sedikit melintir gas, dan VOILA!!!  JLS Pantai Soge yang meliuk indah pun nampak. Istirahat sambil menikmati pentol khas Jawa Timuran, kami puas jeprat-jepret hingga menjelang maghrib sebelum akhirnya balik lagi ke penginapan untuk bersih-bersih dan siap menyambut malam di Pacitan.
MX nya Widi langsung pose
Rombongan pantaat di Pantai Soge
Owok yang selalu gagal motret Widi di tikungan Soge.. hhahahaha
ini entah siapa, lewat malah dapet foto bagus. Nice Job Wok..!!!
Selfie doloo..
foto lengkap personel dan motornya
Widi dan Soge.. ciyeee..
Selesai dengan berbagai aktivitas di penginapan, dengan wangi kami muter Kota Pacitan yang berakhir dengan warung tenda bakmi dan nasgor. Bingunglah yang membuat kami tak berkutik sehingga harus menyerah di dekapan warung tenda di samping dealer suzuki. Yaudah, makan aja. Toh abis juga hahahaha.. Selesai dengan urusan perut, meluncur ke alun-alun sekedar nongki-nongki dan melihat aktivitas muda-mudi kota seribu goa ini. Sambil nyemil jajanan indomaret, Saya, Owok, Adit, Rahmadi asik nyemil popcorn, sementara Murni dan Gendut asik nggak asik nonton film dari hpnya Gendut yang baru, dan berakhir dengan rasa kantuk yang menyarankan kami untuk berlabuh di kasur.

Hari ke-2 di Pacitan. Pagi cerah, dengan gelas-gelas kopi hitam yang sudah tersedia di depan kamar mengawali jadwal hari kedua. Foto-foto bentar dan tanpa mandi dulu, packing seadanya dan seperlunya, kami meluncur ke arah utara dari kota Pacitan.... menuju Pemandian air panas!!
Disambut kopi hitam pacitan
Rahmadi yang pagi-pagi udah mellow
Jalan yang adem masih setia menghiasi di kanan dan kiri. Lokasi pemandian yang agak masuk masuk gitu ternyata tidak membuat pengunjung sepi. Bahkan bus besar, medium, kecil hingga mobil pribadi sudah berjajar rapi di parkiran. Bayar loket langsung cuss!! Mandi air panas bumi asli..!! beeeeeh nanaas...

Demi alasan keamanan, foto aktiviti basah-basah diganti dengan pemandangan depan parkiran pemandian yang aduhai trims @wayyuwidi
Ada 3 kolam utama yaitu  , kolam anak, kolam dewasa, dan kolam super panas, serta kamar mandi VVIP dengan tiket tambahan untuk menikmati air panas secara eksklusif. Yaelaaah booorrr. Kami pilih kolam dewasa  dengan kedalaman sekitar dada/leher. Sempet ragu-ragu duo srikandi mbambes akhirnya nyemplung juga, yaiya, wong belum mandi hahahaha. Mandi sampe 1 jam lebih ternyata bikin capek, apalagi kalo pake gaya sok-sok-an banyak gerak, renang kesana-kemari yang ujung-ujungnya bikin KO. Makanya disarankan kalo mandi air hangat/panas, nyaman aja nempel di pinggiran kolam kayak simbah-simbah. Menikmati anget-anget panas air sambil sesekali membasuh muka. Catet!!
Aktivitas sok-sok an di kolam air anget ditambah perut kosong karena belum sarapan, memaksa kami untuk refuel dengan bakso lokal yang ternyata cukup ciamik rasanya. Karena makan nasi terlalu mainstrim! Matahari yang sudah hampir di atas ubun ubun pertanda kami hari kembali ke losmen. Check out !!

Tidak serta merta langsung balik ke Jogja/Solo, kami nyempetin berkunjung dulu ke Pantai Klayar.  Dimas ngebet banget pengen nonton seruling alamnya. Jalan yang baru ke pantai Klayar via Goa Gong cuman manis-manis tebu, prekk.. mulus sebentar, selebihnya ZONK! Jalanan ancur dan macett karena banyaknya pengunjung !!  Huff!! Setelah berjuang hampir 1,5 jam lebih kami dijalan, dan sesampainya di Klayarpun wuanjiir, full pengunjung, sungguh merana nasib kami.. ndak jadi liburann hahahaha...
begitu nampak di depan mata... walah ramenya
ternyata parkirannya tok yang penuh, pantenya biasa ajah..
Loncat-loncat buat tombo anyel
Minta difotoin orang lewat
Loncat jilid 2
Ada ATV buat yang pengen bandel di Klayar

Minat difotoin orang lagi
Akhirnya diputuskan istirahat sebentar sambil menikmati bakso bakar, lalu foto-foto sebagai penutup dan penghapus kecewa atas Klayar yang gak begitu owsom kalo menurut saya. Mungkin karena ramainya kali yak, atuhlah...

Jalur balik, untuk menghindari kemacetan dan jalur offroad, kami pilih alternatif yang langsung mengarah ke Pracimantoro. Jalurnya ndak kalah ekstrim namu selo, lias ndak banyak banyak yang lewat. Hingga sampai di Praci sudah hampir maghrib, refuell di pom lagi, langsung cuss mengarah ke Wonosari sebelum gelap, maklum, jalur Praci – wonosari cukup gelap karena minim penerangan jalan. Adit – Dimas juga ikut kami, via Wonosari. Hal ini karena jalur Pacitan – Wonogiri sungguh terlalu sehingga mereka memilih untuk mencoba jalur Wonosari – Klaten.

Sempet kena jebakan betmen  selama di jalan, dan berpisah dengan Adit – Dimas, kami sampai dengan selamat di Masjid Agung Wonosari ketika jam tangan sudah menujuk hampir jam 7. Istirahat sebentar kami mengarah ke Kota Jogja, dengan tujuan Nasi Goreng Notaris di daerah Lempuyangan.

Melahap sepiring nasi goreng sambil ketiwi-tiwi lihat hasil kelakuan kami selama di Pacitan hasil jepretan widi menjadi penutup malam sebelum kembali ke kos masing-masing.. oiya, adit dan Dimas kabranya juga berhenti istirahat di daerah Klaten/Sukoharjo mborong soto/sop 6 mangkok sekaligus.. Larrr Biyasaah..


Terimakasih waktunya, kapan-kapan diisi yang lebih seru. Kata Gendut sih next mau liburan di 11 kota/kabupaten mbambes.. HAH? YAQIN?? Insyaallah... see you next trip!!

Dibalik gambar mbambes yang bagus ada widi sebagai jurufotombambes..Thanks Wiiid.. 
Semoga kepingin


... 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar