"ini bukan sekuel ke-2 dari postingan Pacitan lho yaa, just enjoy it"
Latepost. Sudah sebulan saya menabung demi lawatan anak mbambes
yang jauh dimata ini. Gendut ke Jogja!
Pacitan menjadi menu yang
dipilihnya untuk menggenapkan liburan 1
minggunya di Jogja. Sebenarnya ini pas dengan kepinginan Saya, Owok, dan
Rahmadi yang memang mengidam-idamkan untuk kembali riding ke Pacitan via jalur
selatan tentunya.
Melalui penawaran yang terjadi,
personel yang disiapkan yaitu ; 1 motor ber anggota : Adit dan
Rahmadi berangkat dari Solo, dan 3 motor beranggotakan : Gendut, Owok, Murni, Widi, dan Saya berangkat dari
Jogja. Mbambes lainnya? Anita gagal ikut, karena ada kerjaan mendadak. Aris juga sibuk dengan kerjanya. Ebes sibuk dengan cintanya (baca sawit). Lukman sibuk dengan citra satelit, sementara Ali sibuk dengan Tigenco-nya. semoga lain kali.. semoga
|
lihat bendera kiri-kanan. kami akan riding sekitar 130-an km |
Jadilah kami ber-5 berangkat dari
Jogja setelah sebelumnya sarapan dulu di tempat favorit di sekitaran Kota Gede. Selesai sarapan, sebelum lanjut berangkat mengarah ke Pacitan, di sekitaran POM Piyungan kami memberikan kode ke dua anak Solo
bahwa kami sudah mulai cuss, dengan harapan kami bisa bertemu nanti di Pacitan dengan
pas.
Jalan Jogja – Wonosari kami lalui
dengan lancar, momen yang pas karena kami mengambil hari biasa, bukan hari
libur. Selepas kota Wonosari suasana adem dan aspal mulus sudah tersaji didepan
kami. Dijalan kami begitu menikmati jalur Wonosari – Wonogiri yang aduhai. Saprol
meliak-liuk dengan santai disekitar 60-70 kpj. Memasuki Wonogiri kami bersiap
dengan aspal yang katanya nggronjal.
Sepertinya itu hanya mitos bagi perjalanan kami, karena ternyata hanya sedikit
saja kerusakan jalan yang kami temui. Plang penunjuk jalan juga sangat jelas
menuntun kami lanjut ke arah Pracimantoro. Saking asyiknya, kami tak sempat
kepikiran untuk sekedar berhenti berfoto, aspalnya begitu menggoda..
"Kami tak pernah terbayang sebelumnya jika jalur lingkar selatan (JLS
Jogja – Wonogiri- Pacitan) akan kami nikmati dengan ...dengan... ah, saya pasti
akan kembali melewati jalur ini..pasti..."
Kami janjian di pertigaan
pertemuan JLS dengan jalur Pacitan – Solo, di daerah Punung namanya. Menunggu
tak begitu lama, dengan mendung yang tampak menghitam disebelah utara,
perjalanan Adit dan Rahmadi ternyata sempat diwarnai dengan gerimis kecil dan
aspal super bumpy. Daripada menunggu
agak lama, akhirnya rombongan dari Jogja mengabarkan untuk memilih meneruskan
perjalanan menikmati setiap tikungan dan menunggu di hutan mahoni daerah Pringkuku,
sekalian mengenang kembali perjalanan pacitan yang pertama.
Hutan mahoni ini menjadi andalan
wisata tanpa mbayar sebelum memasuki kawasan
pantai pacitan. Lokasinya yang agak nylempet
membuat hanya sedikit orang yang tahu, karena berada persis di tikungan,
membuat orang ndak begitu aware adanya hutan mahoni ini.
|
Pantai Telengria Pacitan jika dilihat diatas |
|
Kalo di zoom lagi jadinya gini.. duh apik-ee |
Dengan sedikit foto-foto najong kami menunggu kedatangan duet
Adit-Rahmadi. Dan benar tak begitu lama, merekapun sampai. Ngaso sebentar, lalu kami lanjut mengarah santai ke Kota Pacitan.
|
wece-wece pose najong.. dih |
|
kalo pas lagi begaya |
|
Bertemu dengan Adit dan Dimas |
Ke arah kota, kami langsung
mencari masjid agung untuk istirahat dzuhur juga menentukan lokasi penginapan.
Sebelumnya kami berniat booking online. Tapi takut kecewa dengan pesanan
akhirnya setelah sempat googling
dulu, kami akhirnya menginap tak jauh dari alun-alun pacitan, sekitar 200m
sebelah barat alun-alun, disebelah selatan jalan. Ekonomis – Dekat – dan
aksesnya mudah.
Beristirahat sejenak, cuci-cuci
muka, lepas beban kami langsung start
lagi mengarah ketimur, menuju Pantai Soge. Semoga pantat kami masih kuat
menahan gempuran panas jok mesin 4 tak ini. Sempat diwarnai dengan “sedikit
kesasar” karena GPS Widi yang ngetrack jalur
lama, kami tiba di Pantai Soge menggunakan jalur offroad pating nggrunjal
yang berujung di JLS Pacitan – Trenggalek, disebelah barat pantai Soge. SUPER!!
Bahkan rem cakram belakang supra adit sempat nge-loss gara-gara dibejek saking terlalunya untuk mengatasi jalan
rusak yang naik-turun.
Sedikit melintir gas, dan VOILA!!! JLS Pantai Soge yang meliuk indah pun nampak.
Istirahat sambil menikmati pentol khas Jawa Timuran, kami puas jeprat-jepret
hingga menjelang maghrib sebelum akhirnya balik lagi ke penginapan untuk bersih-bersih
dan siap menyambut malam di Pacitan.
|
MX nya Widi langsung pose |
|
Rombongan pantaat di Pantai Soge |
|
Owok yang selalu gagal motret Widi di tikungan Soge.. hhahahaha |
|
ini entah siapa, lewat malah dapet foto bagus. Nice Job Wok..!!! |
|
Selfie doloo.. |
|
foto lengkap personel dan motornya |
|
Widi dan Soge.. ciyeee.. |
Selesai dengan berbagai aktivitas
di penginapan, dengan wangi kami muter Kota Pacitan yang berakhir dengan warung
tenda bakmi dan nasgor. Bingunglah yang membuat kami tak berkutik sehingga
harus menyerah di dekapan warung tenda di samping dealer suzuki. Yaudah, makan
aja. Toh abis juga hahahaha.. Selesai dengan urusan perut, meluncur ke
alun-alun sekedar nongki-nongki dan
melihat aktivitas muda-mudi kota seribu goa ini. Sambil nyemil jajanan indomaret, Saya, Owok, Adit, Rahmadi asik nyemil popcorn, sementara Murni dan
Gendut asik nggak asik nonton film dari hpnya Gendut yang baru, dan berakhir
dengan rasa kantuk yang menyarankan kami untuk berlabuh di kasur.
Hari ke-2 di Pacitan. Pagi cerah, dengan gelas-gelas
kopi hitam yang sudah tersedia di depan kamar mengawali jadwal hari kedua. Foto-foto
bentar dan tanpa mandi dulu, packing
seadanya dan seperlunya, kami meluncur ke arah utara dari kota Pacitan....
menuju Pemandian air panas!!
|
Disambut kopi hitam pacitan |
|
Rahmadi yang pagi-pagi udah mellow |
Jalan yang adem masih setia
menghiasi di kanan dan kiri. Lokasi pemandian yang agak masuk masuk gitu
ternyata tidak membuat pengunjung sepi. Bahkan bus besar, medium, kecil hingga
mobil pribadi sudah berjajar rapi di parkiran. Bayar loket langsung cuss!!
Mandi air panas bumi asli..!! beeeeeh nanaas...
|
Demi alasan keamanan, foto aktiviti basah-basah diganti dengan pemandangan depan parkiran pemandian yang aduhai trims @wayyuwidi |
Ada 3 kolam utama yaitu , kolam anak, kolam dewasa, dan kolam super
panas, serta kamar mandi VVIP dengan tiket tambahan untuk menikmati air panas
secara eksklusif. Yaelaaah booorrr. Kami pilih kolam dewasa dengan kedalaman sekitar dada/leher. Sempet
ragu-ragu duo srikandi mbambes akhirnya nyemplung juga, yaiya, wong belum mandi
hahahaha. Mandi sampe 1 jam lebih ternyata bikin capek, apalagi kalo pake gaya sok-sok-an
banyak gerak, renang kesana-kemari yang ujung-ujungnya bikin KO. Makanya
disarankan kalo mandi air hangat/panas, nyaman aja nempel di pinggiran kolam
kayak simbah-simbah. Menikmati anget-anget panas air sambil sesekali membasuh
muka. Catet!!
Aktivitas sok-sok an di kolam air
anget ditambah perut kosong karena belum sarapan, memaksa kami untuk refuel dengan bakso lokal yang ternyata cukup
ciamik rasanya. Karena makan nasi terlalu mainstrim! Matahari yang sudah hampir
di atas ubun ubun pertanda kami hari kembali ke losmen. Check out !!
Tidak serta merta langsung balik
ke Jogja/Solo, kami nyempetin berkunjung dulu ke Pantai Klayar. Dimas ngebet banget pengen nonton seruling
alamnya. Jalan yang baru ke pantai Klayar via Goa Gong cuman manis-manis tebu, prekk..
mulus sebentar, selebihnya ZONK! Jalanan
ancur dan macett karena banyaknya pengunjung !! Huff!! Setelah berjuang hampir 1,5 jam lebih
kami dijalan, dan sesampainya di Klayarpun wuanjiir, full pengunjung, sungguh merana nasib kami.. ndak jadi liburann
hahahaha...
|
begitu nampak di depan mata... walah ramenya |
|
ternyata parkirannya tok yang penuh, pantenya biasa ajah.. |
|
Loncat-loncat buat tombo anyel |
|
Minta difotoin orang lewat |
|
Loncat jilid 2 |
|
Ada ATV buat yang pengen bandel di Klayar |
|
Minat difotoin orang lagi |
Akhirnya diputuskan istirahat
sebentar sambil menikmati bakso bakar, lalu foto-foto sebagai penutup dan
penghapus kecewa atas Klayar yang gak begitu owsom kalo menurut saya. Mungkin karena ramainya kali yak,
atuhlah...
Jalur balik, untuk menghindari
kemacetan dan jalur offroad, kami
pilih alternatif yang langsung mengarah ke Pracimantoro. Jalurnya ndak kalah ekstrim namu selo, lias ndak banyak banyak yang
lewat. Hingga sampai di Praci sudah hampir maghrib, refuell di pom lagi, langsung cuss mengarah ke Wonosari sebelum
gelap, maklum, jalur Praci – wonosari cukup gelap karena minim penerangan jalan.
Adit – Dimas juga ikut kami, via Wonosari. Hal ini karena jalur Pacitan –
Wonogiri sungguh terlalu sehingga mereka memilih untuk mencoba jalur Wonosari –
Klaten.
Sempet kena jebakan betmen selama di jalan, dan berpisah dengan Adit –
Dimas, kami sampai dengan selamat di Masjid Agung Wonosari ketika jam tangan
sudah menujuk hampir jam 7. Istirahat sebentar kami mengarah ke Kota Jogja,
dengan tujuan Nasi Goreng Notaris di daerah Lempuyangan.
Melahap sepiring nasi goreng
sambil ketiwi-tiwi lihat hasil kelakuan kami selama di Pacitan hasil jepretan
widi menjadi penutup malam sebelum kembali ke kos masing-masing.. oiya, adit
dan Dimas kabranya juga berhenti istirahat di daerah Klaten/Sukoharjo mborong soto/sop 6 mangkok sekaligus..
Larrr Biyasaah..
Terimakasih waktunya, kapan-kapan
diisi yang lebih seru. Kata Gendut sih next
mau liburan di 11 kota/kabupaten mbambes.. HAH? YAQIN?? Insyaallah... see you next trip!!
|
Dibalik gambar mbambes yang bagus ada widi sebagai jurufotombambes..Thanks Wiiid.. |
Semoga kepingin
...