Halaman

Senin, 20 April 2015

Menikmati Makanan Bungkusan


"Lahan merupakan sesuatu yang tetap, sedangkan manusia akan terus bertambah”
 Kutipan kalimat diatas sesungguhnya tidak ada sangkut pautnya sama-sekali dengan tulisan ini. Postingan tak bermutu kali ini akan berisikan dengan kekecewaan beruntun yang sering saya alami. 

Saudara sekalian tentu pernah kan, membeli makanan di warung kemudian minta dibungkus untuk dimakan di kosan/rumah? 

Nah kekecewaan saya ini berawal dari kasus tersebut. Seringkali kita membungkus nasi + lauk dan sayur dengan harapan bisa lebih ngirit. Akan tetapi kenapa saya selalu merasakan ada yang janggal dengan model makanan bungkus? Ini karena setiap saya makan nasi bungkus, lauk yang tersedia akan selalu terasa kurang. Hingga akhirnya menyisakan nasi saja di beberapa suapan terakhir. Namun, apabila satu lauk terasa kurang, maka opsi untuk menambah jadi 2 lauk, merupakan pilihan yang sulit. Secara otomatis kestabilan dompet akan terganggu. , nambah 1 lauk lagi, maka biasanya malah jadi sisa lauknya, enak tapikan eman-eman toh?

Bungkusan model gini nih yang galau-able..

Memang, selain soal percintaan yang ruwet makanan bungkusan-pun sering membuat saya jadi galau... Ooooooo....

Itu menurut saya, mungkin ada yang bisa memberikan solusi? Atau saya harus tanya Pak Mario Teguh tentang ini? Pak Mario, tolong bantu saya Pak Marioo..... 


Gambar dari :
https://gideonidea.files.wordpress.com/2010/09/nasi_bungkus1.jpg



Tidak ada komentar:

Posting Komentar